olahraga
A.
JUDUL PENELITIAN
TES
KEBUGARAN JASMANI INDONESIA SISWA-SISWI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN PONTIANAK
KALIMANTAN BARAT TAHUN 2011
B.
LATAR BELAKANG
Aktivitas fisik, yang ternyata sangat berpengaruh terhadap
tingkat kesegaran jasmani seseorang, merupakan bagian yang kompleks dari
kebiasaan hidup manusia. Kebiasaan tersebut sangat tergantung pada beberapa
faktor seperti jenis pekerjaan, kepribadian, dan penggunaan waaktu luang
(Andersen, 1978). Mienurut Mar’at (1982), jika seseorang memiliki sikap positif
terhadap aktivitas fisik, ia akan cenderung turut aktif melakukan, sebaliknya
jika ia memiliki sikap negatif, dengan sendirinya akan cenderung untuk menolak.
Kesegaran jasmani atau lebih dikenal dengan istilah physical fitness
merupakan hal yang selalu didambakan oleh setiap individu maupun setiap bangsa.
Dalam abad modern ini setiap bangsa menghadapi tantangan untuk meningkatkan dan
memelihara kesegaran jasmani waraga negaranya. Pengaruh kurang gerak telah
dirasakan pula oleh Negara-negara berkembang (Suharto dkk, 1988). Sehubungan
dengan itu perlu upaya memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat,
serta upaya menciptakan iklim yang lebih baik mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam membina dan mengembangkan
olahraga (Anon, 1988), agar tercapai kesegaran jasmani dan rohani setiap orang,
yang akan menunjang pembangunan bangsa yang kuat secara fisik dan mental.
Semakin jelas arti kesegaran jasmani apabila kita telaah dan tinjau sasaran dan
tujuan tersebut di atas, karena setiap pekerjaan akan meningkat
produktivitasnya dan meningkat hasilnya bila pelakunya mempunyai tingkat kesegaran
jasmani yang tinggi. Seperti yang telah dikatakan oleh Getchell dan Marshall
(1984); Astrand dan Rodahl (1986); Budiarso dkk (1992), dengan kesegaran
jasmani yang baik, yang dapat dicapai oleh olahraga yang teratur, merupaka
salah satu faktor yang diperlukan untuk meraih produktivitas kerja yang tinggi,
karena mampu mengatasi beban kerja yang diberikan kepadanya Kebugaran jasmani,
atau secara singkat disebut kebugaran, merupakan faktor utama bagi
manusia untuk dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Pengukuran tingkat kebugaran perlu dilakukan terhadap peserta didik, karena
upaya peningkatan dan pemeliharaan kebugaran jasmani secara sistematis akan
lebih mudah dilakukan melalui sekolah. Peningkatan dan pemeliharaan khususnya
bagi para peserta didik harus diupayakan agar mereka selalu siap melalukan
aktivitasnya tanpa merasa kelelahan. Bagi perserta didik, kebugaran jasmani
dapat meningkatkan prestasi belajar karena dengan kebugaran yang baik, mereka
akan lebih siap menerima pelajaran dan akan menjadi generasi-generasi yang
sehat, bugar., dan cerdas. Tingkat kebugaran jasmani peserta didik perlu diukur
sebagai data evaluasi kondisi kebugaran peserta didik. Berdasarkan gambaran
tingkat kebugaran tersebut maka dapat dilakukan upaya-upaya peningkatan yang
terarah dan efektif. Pengukuran kebugaran jasmani peserta didik dapat dilakukan
dengan menggunakan perangkat Tes Kesagaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk
memperoleh gambaran tingkat kebugaran jasmani yang terdiri dari lima aspek,
yaitu: kekuatan otot, kecepatan, daya tahan otot, daya ledak otot, dan daya
tahan jantung paru-paru.
C.
MASALAH PENELITIAN
1. Pusat pengembangan Kualitas Jasmani sejak tahun
1986 melakukan pengukuran kebugaran jasmani
peserta didik setiap lima tahun, dimana hasilnya masih memprihatinkan.
2.
Data kebugaran jasmani peserta didik
yang digunakan selama ini, merupakan hasil pengukuran yang dilakukan pada tahun
2005. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran kebugaran jasmani yang terbaru untk
mengetahui kondisi peserta didik pada saat ini.
D.
TUJUAN PENELITIAN
1.
Mengetahui tingkat kebugaran jasmani
peserta didik Indonesia pada jenjang SMK.
2.
Melaksanakan pengukuran kebugaran
jasmani peserta didik pada jenjang SMK.
E.
MANFAAT PENELITIAN
1.
Mendapatkan gambaran tingkat
kebugaran jasmani peserta didik SMK tahun 2011.
2.
Menjalin kerjasama dengan 17
Universitas yang memiliki Fakultas terkait Ilmu Keolahragaan untuk melakukan
pengukuran kebugaran jasmani peserta didik di 17 provinsi.
F. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kesegaran Jasmani
Istilah kesegaran jasmani merupakan terjemahan istilah bahasa Inggris physical
fitness. Selain itu ada juga yang menterjemahkan samapta jasmani (Anon,
1971 b), kemampuan jasmani (Radioputro, 1974), dan kesegaran fisik (Effendi,
1983). Walaupun telah diterjemahkan dengan istilah yang berbeda-beda, namun
pada dasarnya mengandung arti yang sama yakni kemampuan fisik seseorang untuk
melaksanakan tugasnya. Selanjutnya dalam tulisan ini digunakan istilah kesegaran
jasmani yang sesuai dengan istilah yang digunakan dalam GBHN.
Kata fitness artinya kemampuan dan kecocokan, sedangkan physical
fitness artinya kesehatan jasmani (Echols dan Shadely, 1982). Fitness
(kesegaran) merupakan perasaan segar yang dirasakan seseorang dan
mempunyai arti luas, yakni sebagai total fitness. Manusia itu terdiri
dari jasmani dan rohani. Total fitness dimaksud sebagai kesegaran
manusia menyeluruh, terdiri dari: kesegaran fisik, kesegaran mental, dan
kesegaran sosial.
Kesegaran jasmani selalu dikaitkan dengan kemampuan kerja, dan sampai sekarang
istilah ini belum disepakati. Untuk menjawab pertanyaan: apakah kesegaran
jasmani itu ? sampai sekarang jawaban yang diperoleh bermacam-macam.
Para ahli antara lain menyatakan, bahwa physical fitness adalah
kesegaran seseorang dalam melakukan tugas-tugas yang membutuhkan kekuatan atau
usaha otot (Karpovich, 1959). Seseorang yang segar tidak mengalami perubahan
yang berarti dalam kerja faalnya, dapat bertahan terhadap suatu kerja yang
berat, dan bila dipaksakan masih dapat bertahan untuk beberapa waktu.
Pemulihannya lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak segar (Consolazio dkk.
1963; Morehouse dan Miller, 1953).
1.
Komponen-komponen Kesegaran Jasmani
Menurut Cureton (1973) kesegaran jasmani adalah motor fitness (kesegaran
motorik) dengan komponen-komponen sebagai berikut:
a.
Keseimbangan tubuh, yakni kemampuan
individu untuk membuat keseimbangan yang bersumber dari control saraf otot (neuromuscular).
b.
Kelentukan, yaitu kemampuan individu
untuk menggerakkan persendian-persendiannya.
c.
Kelincahan, yakni kemampuan untuk
bereaksi secara tangkas dengan gerakan yang gesit dan terkendali.
d.
Kekuatan, yakni kemampuan tangan,
kaki atau togok untuk menggunakan tenaga.
e.
Daya (power), yakni kapasitas tubuh
untuk mengeluarkan sejumlah besar tenaga dalam suatu pengerahan kekuatan yang
mendadak.
f.
Daya tahan, yaitu kualitas yang
memungkinkan tubuh melangsungkan selama mungkin suatu usaha yang menggunakan
otot dalam kondisi erobik.
Menurut Sharkey (1979), kesegaran jasmani mempunyai dua komponen utama , yaitu
kesegaran erobik (aerobic fitness) dan kesegaran otot (muscular
fitness). Kesegaran erobik adalah kemampuan untuk mengambil, mengangkut,
dan menggunakan oksigen. Kesegaran otot meliputi: kekuatan, daya tahan, dan
kelentukan otot yang mempunyai manfaat utama dalam meningkatkan kemampuan
penampilan gerak dalam kerja.
Pendapat yang hampir sama dengan Sharkey mengenai komponen-komponen kesegaran
jasmani telah dikemukakan oleh De Vries (Sitasi Singer, 1976) sebagai berikut:
kesegaran jasmani terdiri dari dua komponen utama yaitu motor fitness
dan physical working capacity (PWC). Motor fitness terdiri dari
elemen-elemen seperti: strength, endurance, speed, power, agility,
flexibility, coordination, balance, and body control. Sedangkan
physical working capacity (kapasitas kerja fisik) terdiri dari
elemen-elemen sebagai berikut: muscular strength, endurance and efficiency
of cardiovascular dan respiratory.
Menurut Hebbelinch (1984), kesegaran jasmani dikelompokkan dalam lima komponen
utama, yaitu:
1.
Kekuatan otot:
a.
Kekuatan yang statis;
b.
Kekuatan ledak yang dinamis;
2.
Koordinasi:
a.
Koordinasi gereak halus;
b.
Koorndinasi gerak kasar;
3.
Bangun tubuh:
a.
Umur, jenis kelamin;
b.
Ukuran , bentuk, proporsi,
komposisi;
c.
Tipe tubuh;
d.
Pertumbuhan, kematangan;
e.
Status gizi;
f.
Susunan kimiawi jaringan;
4.
Daya tahan;
a.
Daya tahan jantung, peredaran darah,
dan pernapasan umum;
b.
Daya tahan otot setempat: statis dan
dinamis;
5.
Kecepatan:
a.
Keseluruhan tubuh;
b.
Bagian dari tubuh.
Komponen kesegaran jasmani yang dikemukakan oleh Larson dan Jacom (1951),
berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam rangka pembinaan fisik, terdiri
dari 10 komponen, yakni:
1.
Resistensi terhadap penyakit;
2.
Kekuatan dan daya tahan otot;
3.
Daya tahan jantung, peredaran darah,
dan pernapasan;
4.
Daya otot (muscular power);
5.
Kelentukan;
6.
Kecepatan;
7.
Kelincahan merubah arah;
8.
Koordinasi;
9.
Keseimbangan;
10.
Ketepatan.
Kesegaran dibagi menjadi tiga tingkatan (Clarke, 1961 dan Baumgartner, 1975,
Sitasi Sardjono dkk. 1992) ialah sebagai berikut:
1.
Kesegaran jasmani (physical
fitness), terdiri atas tiga komponen, ialah:
a.
Kelentukan otot (muscular strength);
b.
Daya tahan otot (muscular
endurance);
c.
Daya tahan jantung, peredaran darah,
dan pernapasan (cardio circulo-respiratory endurance).
2.
Kesegaran gerak (motor fitness),
terdiri atas komponen-komponen kesegaran jasmani ditambah dengan unsure kondisi
fisik. Tambahan unsure kondisifisik ini ada perbedaan pendapat, ialah sebagai
berikut: Menurut Clarke, tambahan unsur kondisi fisik itu adalah:
a.
Power (muscular power);
b.
Kelincahan (agility);
c.
Kecepatan (speed);
d.
Keseimbangan (balance).
Sedangkan
menurut Baumgartner, keseimbangan tidak ada, tetapi diganti dengan kelentukan
(flexibility).
3.
Kemampuan gerak umum (general motor
ability), terdiri atas komponen-komponen motor fitness ditambah dengan
koordinasi mata dan kaki serta koordinasi mata dan tangan.
2.
Fungsi Kesegaran Jasmani
Sejak diciptakan-Nya, tidak dapat disangkal bahwa manusia harus terus-menerus
bergerak aktif ataupun bekerja untuk kelangsungan hidup. Seseorang dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik, bila ia mempunnyai cukup kekuatan, daya
tahan, keterampilan untuk melakukan pekerjaan yang dihadapinya. Di lain pihak
kesempurnaan kerja faal seperti asam untuk pembakaran, pencernaan makanan,
pernapasan, akan menentukan kekuatan dan daya tahan otot dalam pelaksaan suatu
bentuk gerak dan kerja.
Kesegaran jasmani mempunyai fungsi untuk menunjang kesanggupan dan kemampuan
setiap manusia, yang berguna dalam mempertinggi produktivitas kerja (Anon, 1971
a; Anon 1991). Ini berarti bahwa makin tinggi status kesegaran jasmani
seseorang semakin tinggi pula daya kerja orang tersebut.. hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan terhadap industri-industri di Amerika, yang
menyimpulkan bahwa pegawai-pegawai yang diberikan program latihan
kesegaran jasmani ternyata menjadi pekerja yang segar, mempunyai performance
yang tinggi, produktif dalam pekerjaan, mempunyai sikap yang positif terhadap
sesama pekerja, kurang absen dan lebih kreatif (Bucher, 1979).
Fungsi umum physical firness atau kesegaran jasmani ialah untuk mengembangkan
kekuatan, kemampuan, kesanggupan, daya kreasi dan daya tahan setiap manusia
yang berguna untuk mempertinggi daya tahan kerja dalam pembangunan dan
pertahanan bangsa dan Negara (Anon, 1972).
Physical fitness mempunyai fungsi yang berarti bagi perorangan dalam
menyelesaikan tugas-tugas hidupnya, juga physical fitness berfungsi bagi
seseorang dalam pengabdiannya dalam masyarakat (Mulyono, 1980).
Kesegaran jasmani menjadi salah satu tolak ukur fungsi faal tubuh yang
ternyata mempunyai kaitan erat dengan kemapuan kerja, produktivitas maupun
perasaan sehat (Suharto, 1988).
Cooper (1982 a) menyatakan bahwa, suatu hubungan yang pasti telah ditemukan
antara kesegaran jasmani dengan ketabahan mental dan kstabilan emosi.
Selanjutnya melalui penelitian Cooper (1982 b) terhadap perwira-perwira
Angkatan Udara Amerika dalam pendidikan, ternyata diperoleh korelasi yang
tinggi antara kesegaran jasmani dan prestasi akademik, dimana perwira yang mendapat
skor tertinggi dalam test kesegaran jasmani lari 12 menit juga mendapat angka
terbaik dalam prestasi akademik.
B.
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada
Kesegaran Jasmani
1.
Latihan Jasmani
Untuk memperoleh dan memelihara
kesegaran jasmani diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Boucher (1979)
mengemukakan tujuh jalur yang harus ditempuh guna memperoleh kesegaran jasmani,
yaitu:
a.
Proper Medical Care;
b.
Nutrition;
c.
Dental Service;
d.
Exercise;
e.
Statistiflying Work;
f.
Healthy Play and Recreation;
g.
Rest and Relaxation.
Tujuh jalur yang telah dikemukakan di atas, tercakup dalam tiga unsur pembinaan
kesegaran jasmani ialah:
a.
Unsur kesehatan, yang mengarahkan
pada pembentukan manusia yang sehat tubuhnya.
b.
Keolahragaan, yang menekankan pada
latihan olahraga dalam pengembangan potensi secara luas.
c.
Unsur rekreasi, yang bertujuan untuk
mengembalikan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari (Anon, 1975).
G.
METODE
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan
data penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:136). Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey tes. Langkah-langkah
penelitian adalah serangkaian proses penelitian dimana penelitian yaitu merasa
menghadapi masalah, dan berupaya untuk memecahkan masalah, setelah masalah
ditemukan jawabannya dari lapangan, maka pada tahap selanjutnya peneliti akan
mengambil keputusan yang berupa kesimpulan yang terkait dengan hasil penelitian
yang ditemukan, sehingga mampu menjawab hipotesis penelitian yang diajukan.
Apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan hasil penelitian
tersebut, kalau hasil hipotesis diterima., berarti data yang diperoleh dari
lapangan setelah dianalisis menunjukan adanya dukungan yang signifikan,
sebaliknya hipotesis penelitian ditolak apabila data penelitian yang diperoleh
dari lapangan setelah dilakukan analisis tidak mendukung terbuktinya hipotesis
penelitian yang diajukan.
H.
POPULASI
Siswa
SMK se Kalimantan Barat.
I.
SAMPEL
Siswa
SMK kota Pontianak dan kabupaten
Pontianak.
J.
TEMPAT PENELITIAN
a.
Tempat penelitian siswa SMK se
Kabupaten Pontianak di Stadiun Mpu Daeng Manambon.
b.
Tempat penelitian SMK se Kota
Pontianak di Stadiun Sultan Syarif. Abdurrahman.
K.
ALAT-ALAT PENELITIAN
1.
Pluit
2.
Nomor Dada
3.
Lintasan
4.
Matras
5.
Ring Full Up
6.
Stopwatch
DAFTAR PUSTAKA
_____1972, Aerobik dalam Pembinaan kesegaran Jasmani,
Dit. Jen. Pemuda dan Olahraga, Dep.P&K. R.I, Jakarta.
_____1975, kesegaran Jasmani dalam Pembangunan Bangsa
Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebuadayaan R.I, Pusat Kessegaran
Jasmani dan Rekreasi, Jakarta.
_____1983 a, Garis-garis Besar Haluan Negara,
TAP.MPR. No. II/MPR/1988, Puataka Pelajar, Yogyakarta.
_____1982 a. Aerobik, terjemahan oleh Adiwiyoto, A:
Jakarta: Gramedia.
_____1980, Fisiologi Olahraga. Yogyakarta: Yayasan
STO.
Cureton, T.K. 1973, Physical Fitness and Dynamic Health, New
York: The Dial Press.
Effendi, H, 1983. Fisiologi Kerja dan Olahraga Serta
Peranan Test Kerja Untuk Diagnostik, Alumni, Bandung.
Hasrul, M, dan Diatmika, G, 1984. Senam Kesegaran Jasmani
Tiada Hari Tanpa Olahraga. Jakarta: Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.
Manuaba, A, 1981. Perubahan Faal Tubuh Selama Berolahraga.
Simposium Forum dan Panel Forum Kesehatan Olahraga. Yogyakarta: FK. UGM.
Rachmatullah, P, 1989. Manfaat Olahraga Bagi Kesehatan
dan Kesegaran. Wahana Medik No. 3 Th.II Februari. Jakarta: hal.28-30.
Radiopoetro, 1974. Arti dan Fungsi Physical Fitness.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Olahraga Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar