Senin, 28 November 2016

sejarah singkat komputer

SEJARAH PERKEMBANGAN KOMPUTER

 


k
omputer berasal dari bahasa dari Latin “computare”, yang berarti alat hitung, karena awalnya komputer lebih digunakan sebagai perangkat bantu dalam hal penghitungan angka-angka sebelum akhirnya menjadi perangkat multifungsi. Komputer saat ini adalah hasil evolusi panjang dari computer zaman dahulu, yang mulanya adalah alat mekanik dan elektronik


manusia sebagai citra Allah


1 . SEBAGAI CITRA ALLAH SAYA DAN SESAMA ADLAH SAUDARA

Kita adalah sama-sama citra Allah. Namun, betapa sering kita saling menciderai satu sama lain, sehingga citra Allah di dalam diri kita sungguh dilukai. Pasti ada banyak alasan mengapa timbul sikap-sikap seperti diskriminatif dan fanatisme agama, etnis, dan sosial.

Alasan pertama adalah kebodohan,kekurangpahaman, dan kepicikan.
Jika kita kurang atau tidak paham tentang agama kita sendiri dan agama orang lain, maka mudah sekali menimbulkan sikap apriori, menolak, mendiskreditkan, dan mendiskriminasikan agama serta keyakinan orang lain.  Kita bersikap fanatik menolak.   Demikian juga, kebodohan dan kepicikan kita tentang kebudayaan, adat istiadat, dan falsafah suku sendiri atau suku orang lain, dapat membuat kita mudah bersikap fanatik suku secara buta.   Kalau seorang pengusaha tahu dan mengenal kebutuhan serta persoalan para buruhnya, dan buruh tahu persoalan yang dihadapi bosnya, mungkin ketegangan sosial antara kedua belah pihak dapat sedikit diredam.   Orang-orang yang sungguh cerdas dan bijaksanan

tidak akan bersikap fanatik dan disriminatif.    Sikap fanatik dan diskriminatif akan selalu hinggap pada orang-orang yang picik, yang pengetahuannya sangat kurang atau setengah-setengah saja.

Alasan kedua adalah perasaan terancam
Orang-orang atau golongan yang merasa terancam akan cenderung bersikap fanatik.   Isu Kristenisasi atau Islamisasi dapat membuat orang Islam atau Kristen bersikap fanatik.   Isu pengangkatan pegawai orang asli dan orang luar (pendatang) dapat memunculkan sikap fanatik suku/etnis dari kedua belah pihak. Demikian juga, isu pengangkatan pegawai orang asli dan orang luar (pendatang) dapat memunculkan sikap fanatik suku/etnis dari kedua belah pihak.
Ada beberapa jalan keluar yang dapat didialogkan untuk mengatasi sikap diskriminatif dan fanatik, antara lain:
  • Bersikap dan berperilaku moderat, yakni menjauhkan diri dari sikap yang berlebihan dan sikap ekstrem. Bersikap di tengah-tengah selalu aman.   Kata orang kebenaran selalu berada di tengahnya.
  • Berpola pikir pluralis, yakni bersikap terbuka atau inklusif di tengah situasi majemuk.
  • Tidak mudah menghakimi, yakni lebih mawas diri atau mengoreksi diri sendiri.   Kita tidak boleh menghakimi

orang lain, serahkan penghakiman itu pada Allah.   Menghakimi adalah hak Allah, Ia hakim yang adil. Suara hati kita sering masih lemah, kurang jernih. Seperti Yesus katakan: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang melempar batu kepada

  • perempuan itu” (Yoh 8:8). Jangan menganggap diri suci, orang lain berdosa (bdk. Luk 18:9-14).
  • Membuka pilihan-pilihan yang kompromistik tanpa mengorbankan prinsip. Cari jalan “win-win solution”. Atau “Non violent conflict solution” harus terus diupayakan.
  • Keteladanan para orang tua. Banyak fanatisme dan kekerasan merebak di dalam keluarga karena disulut oleh sikap ayah dan ibu.
Kita harus bersikap toleran terhadap sesama yang beragama lain, bersuku lain, dan berstatus sosial lain tentunya ada alasan mendasarnya, yakni:
Kesetaraan Martabat
  • Setiap orang memiliki kesetaraan martabat dan hak asasi di hadapan.
  • Allah. Manusia diciptakan sebagai “citra Allah” (Kej 1:27).
  • Manusia adalah gambar Allah yang tak kelihatan (Kol 1:15)

  • Manusia dipanggil untuk menjadi “anak Allah” (1Yoh 3:1-2).
  • Setiap orang diciptakan sebaagi pribadi yang diberi akal budi, kebebasan, hati nurani, dan dituntut untuk bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
  • Setiap orang memiliki hak untuk kelangsungan hidup, mendapatkan kehidupan yang layak, tempat tinggal
  • yang nyaman, dan pelayanan kesehatan yang memadai. Hak untuk tumbuh dan berkembang secara penuh, memperoleh pendidikan dan cinta kasih. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi ekonomi dan seksual, diskriminasi, dan tindakan sewenang-wenang; hak untuk berpartisipasi dalam keluarga, kebudayaan, dan kehidupan sosial.

Pluralitas atau kemajemukan adalah suatu kenyataan

  • Banyak anggota tetapi satu tubuh. Berbeda talenta, kurnia, dan panggilan, tetapi satu rekan sekerja Allah (1Kor 1:10;3:12-14; Rm 12).
  • Orang harus menerima realitas kehidupan ini yang plural/majemuk dan berbeda satu sama lain.
  • Perbedaan dapat melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain.


Adanya perbedaan
  • Hendaknya kita suka mengampuni orang lain, sebagaimana Kristus telah mengampuni kita (Mat 7:1-5; Luk 6:37-42).
  • Adanya perbedaan dapat membantu orang untuk mawas diri; mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri dan orang lain; mengenal identitas diri dan orang lain; dan tidak mudah untuk menghakimi atau mengadili orang lain.
  • Menyerahkan penghakiman pada Allah.

Hukum cinta kasih
  • Hukum cinta kasih: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat 22:34-40; Mrk 12:28-34; Luk 10:25-28).
  • Kisah tentang orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37).
  • Hukum cinta kasih adalah dasar utama sikap toleran kepada sesama.
  • Cinta berarti menerima orang lain apa adanya sesuai dengan identitasnya yang berbeda.
  • Yesus mengajar kita untuk mencintai semua orang, bahkan orang yang memusuhi kita (Luk 6:27-36)

2 . KEPRIAAN DAN KEWANITAAN

 Antara pria dan wanita ada perbedaan yang mencolok pada rambut, mata, pipi, mulut, leher dsb.     Pada remaja putrid terlihat lebih halus sedangkan remaja pria terlihat lebih kekar. Perbedaan yang mendasar pria dan wanita adalah pada organ kelamin.
 Perbedaan antara pria dan wanita dari segi psikologis
Perbedaan cara berfikir. cara berfikir wanita lebih intuitif dan konkret, sedangkan cara pria lebih objektif, teoritis dan abstrak. Wanita lebih berfikir hal-hal yang kecil dan bersifat sehari-hari, sedangkan pria lebih senang pada pikiran global dan jangkauannya jauh. Wanita senang pada hal-hal kecil seperti make up, bunga, pacar dsb. sedangkan pria berfikir global dan jauh di masa depan, cita-cita, karier, dsb. Pikiran wanita lebih terarah hal-hal yang diluar dirinya, ia akan mengingat orang tuanya, adiknya, pacarnya, dsb. sedangkan pria lebih bersifat egosentris. Jika mengingat pacar, mungkin saja demi kepuasannya.


Perbedaan perasaan. Perasaan wanita agak mudah bergetar, sedangkan pria lebih dapat terkendali. Pria lebih dapat melupakan perasaannya karena gaya berfikirnya yang objektif, pria dapat membendung perasaannya karena gaya berfikirnya yang objektif.

Pria mudah sekali jatuh cinta sekali pandang, tetapi mudah juga melupakannya. Perbedaan Sikap dan tindakan. Umumnya pria itu lebih bersikap agresif, berbuat dan membangun. sedangkan wanita pada umumnya bersifat pasif, menerima dan memelihara.


cerita nyai balau

NYAI BALAU ( Kesah nyata Bawin Dayak ije manjadi Pangkalima)

MELAI BASA DAYAK NGAJU

Katika huran intu ‘lewu Tewah’, (wayah tuh jari lewu hai, Kecamatan Tewah, daerah Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah), tege ije biti oloh bawi bahalap, arae “Nyai Balau”.  Ie inggare Nyai Balau awi ie babalau panjang tuntang bahalap tutu. Puna kahalap bau-matae, pupus bulue lamus malisen baputi. batarung sarita hapus batang danum Kahayan. Iye oloh bawi je randah atei, hormat dengan oloh bakas, tuntang tau dengan oloh are. Hatue je kueh je dia handak dengae. Tapi, dia oloh barangai je bahanyi “misek” (melamar) Nyai Balau, awi ie bara utus uluh basewut hung lewu Tewah te. Tuntang kea oloh bakas Nyai Balau mangilak anake te kawin dengan oloh hatue ije basewut kea.

Singkat kesah, tarung sarita kahalap Nyai Balau te, tara hining awi ije hatue bakena, je arae “Kanyapi”. Dia laluen kakenae, Kanyapi kea oloh ije pintar tuntang harati. Ie palus manyundau oloh bakas Nyai Balau palus misek dengan ewen, niat hajat handak manduan Nyai Balau akan indu sawae. Awi Kanyapi bara utus gantung tuntang oloh je basewut kea, maka oloh bakas Nyai Balau, manarima pisek Kanyapi. Huang katika segera balalu ilalus Pesta Pangawin Kanyai dengan Nyai Balau dengan pesta hai tuntang rami.

Awi Kanyapi dengan Nyai Balau jari mangabali arepe, te ewen ndue handak belum kabuat, melai huang eka kabuat. Palus ewen manyundau oloh bakas manyarita ampin kanahuang kapakat ewen. Oloh bakas Nyai Balau dia mangahana. Ye ewen melai ije huma kabuat ije jari imangun oloh bakas Nyai Balau.

Kanyapi dengan Nyai Balau belum sanang melai hung huma seruk ewen kabuat. Tuntang awi Kanyapi oloh je pintar tuntang harati, kea puna tau dengan oloh melai lewu te, ie irega tuntang ihormat oloh, dan kajaria Kanyapi inggatang oloh ie manjadi “Tamanggung” oloh manggare arae “Tamanggung Kanyapi.” Aluh te kea ewen ndue kabalie magun hindai sukup kahanjak, awi ewen ndue hindai ati mandinun anak. Tapi ewen ndue dia bagetus balakudoa, balaku asi bara Hatalla ije kuasa, uka tau manenga anak akan ewen.

Pire-pire nyelu tinai, kajariae ewen ndue mandinun ije anak hatue, bakena balinga. Narai dia kalaluen kahanjak Tamanggung Kanyapi dengan Nyai Balau tagal anak te. Ewen ndue mahaga anak te puna babuah, tuntang eka kaharap ewen, jeha anak tuh tau mimbit kasanang kahanjak, je sinta oloh bakas tuntang kare tundah kula. Tamanggung Kanyapi dia mangahana anake pakat busik bangang dengan anak tabela lewu, uka ie kasene tuntang tau pakat dengan oloh are. Puna bahalap ih ampin kahimat atei Tamanggung dengan anak hatue je ije-ije te.

Genep andau anak te busik bangang dengan anak tabela lewu. Hung sinde andau anak Tamanggung Kanyapi dengan Nyai Balau te dia buli-buli, sampai andau jari sasanja. “Boh, lehae anak itah palus hindai buli ampie, kuan Nyai Balau dengan kabalie. Mikeh magun bangang herah, kuan Kanyapi.”

Andau lius hamalem, karatak lewu jari kaput pijem anak Kanyapi-Nyai Balau hindai kea buli. Has, itah manggau anak itah te.! Kuan Nyai balau. Tau layang hayang ie.!

Ye lius kea ewen ndue mangumbang lewu Tewah kau, manggau anak ewen ndue. Hoii, hoii ewen nambawai mangahau anake… hindai kea sundau. Alem jari ambu, kaheka puna sadang kea, Kuan Kanyapi, keleh itah buli helu, jewu tinai itah manggau anak itah. Ye ewen ndue buli palus batiruh.

Hung tampalawei andau Tamanggung Kanyapi mantahau oloh lewu, mansanan anak ewen nihau layau. Ye, Tamanggung Kanyapi dengan Nyai Balau tuntang oloh lewu te mangumbang hapus lewu, mamantu garantung mangahau anak te. Pire-pire andau mahin  dia sundae kea.

Nyai Balau tutu pehe atei tuntang mangkeme manyasal, awi manalua anake busik bangang laju-lajur sampai sa-sanja. Anak tunggal ije biti eka kaharap huang, nihau layang.

Hung ije katika Nyai Balau, benye-benyem tulak bara lewu humae, palus manalih ije himba, je jahai oloh talihe. Hung hete Nyai Balau “balampah”, mikeh tege asi Hatalla ngambu, mansanan tahiu anake je nihau layau nah. Uju andau uju alem katahie Nyai Balau balampah. Hung andau kauju te atun dumah oloh bakas, ije tambi manggapi ie palus mansanan narai mawi anak ewen jatun tau sundau.

Oii, esu (kuan tambi te) aku mangatawan narai jalanam, ikau manggau anak hatuem je hayang nah. Yoh, tambi puna tutu (kuan tumbah Nyai Balau). Keleh ikau buli ih (kuan tambi), anakm te dia je hanyang, ie jari matei. Ie
 “ingayau” awi Antang bara Juking Sopang, kuan oloh bakas te.

Mahining auh tambi te, Nyai balau tarewen, palus nambawai manatum anake je jari matei awi kayau bara Juking Sopang, je bagare “Antang”

Huang kahetang angat atei, Nyai Balau hamau, kareh ie keme Antang te aku “mambaleh bunu” (balas dendam), aku dia manalua ie..!!

Iyoh, esu, kuan tambi te, amun puna niatm mambaleh bunu dengan Antang, tuh inengaku akam kaji kagancang tuntang “bahalai sakti”, hapan manaharep kare musuh aim.

Nyai Balau dia kalapean batarima kasih dengan tambi te, je jari manenga kaji tuntang bahalai sakti, tambi te palus lilap taharep ie.

Limbah te Nyai Balau, buli akan lewu humae. Hung humae jari mentai banae Tamanggung Kanyapi tuntang kare kula babuhan. Ewen pehe atei, awi Nyai Balau lilap jatun kabar saritae pire-pire andau.

Nyai Balau mansanan ampin jalanae, je malihi lewu huma, palus akan himba, balampah, manggau petunjuk bara Tuhan je Kuasa tahiu anake je hayang nihau, tuntang ie jari inyundau oloh bakas je manenga akae bahalai sakti te.  Aluh Kanyapi pehe atei mahining kesah sawae Nyai Balau, ie atun kasalawah angat awi sawae Nyai Balau jari buli dengan salamat.

Balalu Nyai Balau mimbit Tamanggung Kanyapi kea dengan oloh lewu Tewah tulak akan Juking Sopang, handak mambaleh bunu dengan Antang. Sana sampai Juking Sopang, Nyai Balau palus mantehau kayau jebagare Antang nah, uka ie dumah tangguh ewen tuntang mangaku kasalae hayak balu ampun.

Oiii… Antang..! En tutu ikau mangayau anakku? Amun puna tutu keleh ikau mangaku bua-buah tuntang balaku ampun dengangku tuntang kabalingku Tamanggung Kanyapi, sahelu bara aku nihau kasabar dengam..!! Kuan auh Nyai Balau.

Lelalehan katamammu! Kuan Antang tumbah. Ela ikau barangai auhmu dengangku, jatun aku menetek kuluk anakm te. Tau ikau kareh je netekku..!

Boh! Buju-bujur Antang, aku tuh magun sabar, keleh ikau mangaku ih. Aku mangatawan taluh gawim, dia ulih ikau mananjaru aku.

Puna lecak kajuhu (kasombong) Antang, dia kea ie mangaku tuntang balaku ampun.  Awi ie mangkeme uluh hatue je gancang tuntang mamut, te ie malah manyilak mandau, manejep Nyai Balau. Kalahi dia balang kea, Antang puna mahimat mampatei Nyai Balau, ie puna oloh je mamut Menteng hayak tamam kare kaji lampahe kea. Tapi ie dia ulih mampahimang Nyai Balau. Nyai Balau puna mangat ih mambuang kare tejep simbur mandau Antang. Nyai Balau puna dia bawi barangai, tamam ampin kaapike manaharep Antang. Tepa rise kea Antang, palus ie manejep buta irah, sambil gantau dia tau kana. Balalu Nyai Balau mangibar bahalai sakti nah mangana Antang, palus Antang manjatu taleku, balemu kare utut siku Antang.


Ampie lague,  Nyai Balau magun tege niat bahalap, ie dia handak mampatei Antang. Nyai Balau dengan  Tamanggung Kanyapi mamakat dengan kula babuhan Antang uka kalahi te tende, dan handak badamai dengan ewen, baya Antang harus mangaku kasalae tuntang membayar manumun Adat Dayak Nguju, Antang buah singer.

Tapi Antang puna oloh je batekang atei, tuntang dia handak mangalah, awi puna ie mangkeme oloh je tamam mamut Menteng, ie dia mangaku kalah taharep Nyai Balau. Ye dengan sakalep kare pangatawae, kaji lampah ayue, Antang hingkat marawus, haluli manejep Nyai Balau. Te kalahi hati puna dia tau balang, oloh are umba kea kajaria kalahi te. Nyai Balau manaharep Antang, je beken manaharep je beken. Hapus Juking Sopang hewui daha, kalahi puna hapatei ndai. Dan Nyai Balau dia manenga ampun akan Antang palus ie mahewes bahalai sakti ayue kana Antang, Antang tajarungkup palus matei hung lengan Nyai Balau.

Kalahi te tende awi Antang matei, balalu Nyai Balau, Tamanggung Kanyapi dengan rombongan buli akan lewu Tewah, awi mangkeme jari mambaleh bunu, ewen malihi Juking Sopang je hewui daha. Awi are je matei hete termasuk Antang. Awi te Juking Sopang smpai wayah tuh inggare oloh “Rangan Daha”

Limbah peristiwa kalahi hai te, Nyai Balau tambah batarung sarita, ie ingikeh oloh hung lewu Tewah. Jatun ije je bahanyi merusak lewu. Oloh lewu Tewah manggatang Nyai Balau kilau ije “Pangkalima” (pahlawan dan pemimpin sakti). Manggatang sewut sarita lewu Tewah je sasar rami tuntang aman.

Ampie lague, hung lewu Juking Sopang magun mingkes kasangit hai. Ewen tundah kula genep babuhan Antang je matei nah ewen te mangun dendam, dan handak mambaleh bunu tinai, ewen menyusun kare strategi, mengumpul oloh are je balinga, uka mambaleh bunu manyarang lewu Tewah dan Nyai Balau dengan Tamanggung Kanyapi….

(ampie lague ……..…. cagar kalahi hai tinai je akan inaharep ewen)

Limbah babuhan taliau Antang jari pakat, te ewen tulak handak manyarang lewu Tewah, dan mamaleh bunu dengan Nyai Balau ewen ndue Kanyapi.  Ewen dia manyuru batang danum, tapi ewen maliut mananjung mahalau parak kayu, sewu janah, mandai bukit, mananjung benye-benyem uka oloh dia mangatawan pandumah ewen.

Metuh andau sasanja babuhan Antang bara Juking Sopang sampai hung “Bukit Ngalangkang”. Bukit te pas hung likut lewu Tewah. Ewen tende, palus maatuh kare rancana, handak manyarang lewu Tewah metuh andau hamalem, manunggu oloh batiruh bakalis. Sampai katika andau jari hamalem, te babuhan bara Juking Sopang muhun bara Bukit Ngalangkang, handak tame lewu Tewah. Sana tukep lewu Tewah, ewen kau pules pindi, sasat jalan, boh, haluli akan Bukit Ngalangkang tinai.

“Haww!!! kuan auh ije biti.  “ Mbuhen itah pules pindi, taputa-putar melai hung bukit tuh ih.?
Lehae itah dia tau manampayah lewu Tewah te? Lehae itah kilau hayang, haluli akan bukit Ngalangkang tuh? “Amun kilau tuh dia tau itah tame lewu Tewah kau, mahin amun itah mambaleh bunu??!! kuan ije biti tinai.

“Oh… pasti awi taluh hapan Nyai Balau kau, kuan ije biti. Ie jari mandiding lewu Tewah te hapan salatutup, uka itah dia tau manampayah tuntang tame ka hete..!!”

“Amun kilau te, has itah membuka salatutup te, mahapan kare kaji patua itah, kuan je beken.”

Puna sakalepah pangatawan ewen bara Juking Sopang, handak membuka dinding/pagar lewu Tewah,  kilau kaji “salatutup” ayun Nyai Balau, puna dia tara buka kea. Ampie labih gantung kaji Nyai Balau.

Hung kapusang angat babuhan bara Juking Sopang, ewen hamauh : “Amun kilau tuh dia bakae itah tau mambaleh bunu, malawan Nyai Balau, membuka salatutupe gin itah dia ulih, mahin amun itah manaharep bitie…!! Awi te keleh itah bulih ih, itah dia bakae manang manaharep Nyai Balau te!!”


Ye, babuahan bara Juking Sopang, haluli buli akan Lewu Juking Sopang, hayak dengan kapehen atei ewen, awi balang mamaleh bunu. Puna dia tara tanding kea je Nyai Balau te. Puna Nyai Balau jari mangatawan ampin  
rancana tuntang pandumah babuhan bara Juking Sopang te…. awi te ie mamasang salatutup lewu. Puna ie dia mangahandak kalahi hai tinai,

Harue limbah te Nyai Balau manyarita ampin tiruk itung babuhan bara Juking Sopang, akan warga Tewah, basa ewen handak manyarang lewu Tewah, tapi dia ulih menembus salatutup lewu.

Limbah peristiwa jete, Lewu Tewah puna jatun ije je bahanyi mangaraee. Kute ampin kahalap lewu Tewah, manjadi lewu je aman tuntang jatun ije biti je bahanyi mawi gawi sala, awi kikeh tuntang kahurmat oloh lewu dengan Nyai Balau.

Sampai hapus umur pambelom Nyai Balau, ie manjadi pangkalima je batarung, tuntang bahalap taluh gawie. Ie oloh ije sinta kapakat tuntang ie halajur ingenang oloh are….. Sampai tuh aran “Nyai Balau” tatap basewut…… Ie kilau tampengan “Bawin Dayak Babalau Panjang je manjadi Pangkalima”.

Tagal Tarung sarita Nyai Balau, je turun menurun sampai wayah Balanda manjajah Indonesia, mawi kare sardadu Balanda mikeh/ dia bahanyi  manggapi lewu Tewah.


DALAM BAHASA INDONESIA

“NYAI BALAU”
 (Kisah Nyata seorang putri Dayak berambut panjang yang sakti mandraguna)


Dahulu kala di sebuah ‘lewu Tewah’ (Tewah adalah nama sebuah kota/kampung), sekarang telah menjadi Kecamatan Tewah, di daerah Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah, ada seorang putri yang cantik jelita namanya “Nyai Balau”. Ia disbut Nyai Balau karena rambutnya panjang dan memikat hati. Ia sangat santun budi bahasa serta baik hati, hormat dan sayang terhadap orang tua, keluarga dan sesama.  Laki-laki mana yang tidak mau padanya. Namun apa hendak di kata tidak sembarang orang yang berani melamar Nyai Balau, karena ia adalah anak orang terpandang di Lewu Tewah itu. Lagi pula ayahnya menginginkan  Nyai Balau menikah dengan laki-laki terpandang juga.

Singkat cerita, ada seorang laki-laki berasal dari keluarga terpandang yang juga mendengar  kabar tentang kecantikan Nyai Balau di lewu Tewah. Laki-laki itu bernama “Kanyapi”, ia adalah laki-laki tampan, gagah dan berakal budi. Ia datang ke Tewah dan melamar Nyai Balau untuk menjadi istrinya. Orang tua Nyai Balau menyetujui lamaran Kanyapi. Dan dalam waktu segera, dilangsungkanlah Pernikahan Kanyapi dan Nyai Balau dengan pesta yang sangat meriah.

Beberapa waktu kemudian Kanyapi dan Nyai Balau bersepakat untuk belajar hidup mandiri, sebagai suami-istri. Lalu diutarakanlah maksud mereka kepada orang tuanya. Dan orang tua Nyai Balau mengizinkan anak dan menantunya untuk hidup mandiri, dengan tinggal di rumah yang sudah disiapkan oleh orang tuanya.

Keluarga baru ini hidup bahagia, dan karena Kanyapi adalah seorang yang arif dan bijaksana, penuh perhatian dengan sesama di lewu Tewah, akhirnya Kanyapi diangkat menjadi “Temanggung” (pemimpin daerah), ia dan istrinya sangat dihormati dan dikagumi. Namun kebahagiaan mereka belum lengkap karena belum mempunyai anak. Temanggung Kanyapi dan Nyai Balau terus berdoa memohon kepada yang Kuasa agar diberikan seorang anak.

Beberapa tahun kemudian akhirnya mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Betapa bahagia mereka atas kehadiran seorang anak satu-satunya yang mereka harapkan bertahun-tahun. Mereka pun bersyukur dan berjanji untuk merawat anak itu dengan baik. Namun tidak dikekang, sebab Temanggung Kanyapi tetap mengizinkan anaknya bergaul dengan anak-anak lewu yang sebaya lainnya. Temanggung Kanyapi menginginkan anaknya berkembang dengan baik wajar serta menjadi anak yang baik hati dan mengasihi sesama.

Pada suatu hari, anak ini belum juga kembali ke rumah tempat dia biasa bermain dengan teman-temannya. Hingga hari sore bahkan malam hari putra mereka belum juga pulang. Temanggung dan Nyai Balau pun mulai gelisah, dan bertanya-tanya, mengapa putra mereka belum juga pulang. Akhirnya Temanggung dan Nyai Balau, memutuskan untuk pergi mencari putra mereka.
Mereka sudah mencari di sekeliling Lewu Tewah, putra simata wayang mereka belum juga ditemukan. Hingga malam pun larut. Temanggung dan Nyai Balau bersepakat untuk pulang dan beristirahat agar bisa mencari putra mereka besok harinya.

Pada saat pagi hari, Temanggung dan Nyai Balau memberitahukan kepada warga Lewu Tewah bahwa putra mereka hilang, dan mereka harus mencarinya. Maka bersama warga lewu, Temanggung dan Nyai Balau mereka mencari anak mereka ke segala penjuru, sambil memukul gong, siapa tahu putra mereka mendengar bunyi gong. Namun tetap saja anak mereka belum ditemukan.

Nyai Balau sangat sedih dan merasa bersalah, karena putranya belum ditemukan, namun ia tetap bertekad untuk terus mencari putra simata wayangnya.



Pada suatu hari, Nyai Balau secara diam-diam, tanpa sepengetahuan suaminya, ia berangkat dari rumah menuju sebuah hutan yang dianggap angker, karena jarang dilewati manusia. Di hutan itulah Nyai Balau ‘bertapa’ atau dalam bahasa Dayak Ngaju “Balampah” untuk meminta petunjuk dari Yang Mahakuasa, dimana keberadaan putranya. Selama tujuh hari, tujuh malam Nyai Balau bertapa, akhirnya pada hari yang ketujuh seorang nenek tua datang menjumpainya memberikan petunjuk mengenai putranya.

“Cucuku Nyai Balau, saya mengetahui tujuanmu datang ke sini, yaitu untuk mengetahui keberadaan putramu.” Sapa nenek tua ini. “Betul nek”, jawab Nyai Balau.

“Pulanglah cucuku, kamu tidak akan dapat menemukan putramu, ketahuilah ia sudah sudah tiada, ia sudah mati. Ia di “kayau” (dibunuh) oleh “Antang” dari Juking Sopang. Kata nenek tua ini kepada Nyai Balau.

Mendengar penjelasan nenek tua itu, Nyai Balau tersentak kaget, dan ia pun menangis dan meratap sedih, putra satu-satunya telah dibunuh orang.

Dengan dukacita yang mendalam itu, Nyai Balau berucap, dengan geramnya “saya akan membalas kematian putra satu-satu yang saya sayangi. Saya akan membalas dendam! Saya akan membuat perhitungan dengan “Antang”!!

“Baiklah, kalau memang itu sudah tekatmu, ujar nenek kepada Nyai Balau. “Saya akan memberikan kesaktian kepadamu agar kamu dapat membalas dendam terhadap Antang. “Selendang ini kuberikan kepadamu, untuk menghadipi musuh-musuhmu.”

Nyai Balau pun mengucapkan terima kasih kepada nenek yang sudah memberikan dia kesaktian dan sebuah selendang sakti.

Setelah itu Nyai Balau segera pulang kembali ke rumah. Di rumah suaminya Temanggung Kanyapi dan seluruh keluarga telah menantinya dengan cemas, karena pergi tampa pamit dan hilang berhari-hari tanpa kabar berita.

Nyai Balau menceritakan kepergiannya, untuk mencari petunjuk dari yang Kuasa, dan pertemuannya dengan nenek tua, serta kesaktian yang diberikan nenek itu. Walaupun Temanggung Kanyapi bersedih mendengar bahwa putranya telah dikayau Antang, namun ia merasa lega karena Nyai Balau telah kembali dengan selamat.

Kemudian Nyai Balau mengajak Tamanggung Kanyapi dan warga Lewu Tewah yang gagah berangkat ke Juking Sopang, untuk membalas dendam terhadap Antang. Setibanya di Juking Sopang, Nyai Balau memanggil pemuda yang bernama Antang, supaya keluar dan mengakui kesalahannya dan memohon ampun.

“Wahaii… Antang..! Apakah benar engkau membunuh anakku? Kalau memang benar, mengakulah dan memohon maaf terhadap saya dan suami saya Temanggung Kanyapi, sebelum saya habis kesabaran terhadap engkau.!” Kata Nyai Balau.

“Hei Nyai Balau beraninya kamu menuduh saya! Kata Antang. “Jangan macam-macam dengan saya, saya tidak membunuh anakmu. Bisa-bisa kamu yang saya bunuh nanti..!”

“Mengakulah kamu Antang! saya masih sabar. Kata Nyai Balau. Saya mengetahui perbuatanmu, kamu tidak bisa berbohong terhadap saya.!”

Memang sudah tabiat Antang, yang angkuh dan sombong, dia tidak mau mengakui kesalahannya dan perbuatan jahatnya yang membunuh putra Nyai Balau. Itu karena dia merasa sebagai seorang laki-laki yang gagah perkasa dan sakti. lalu kemudian Antang menyerang Nyai Balau dengan mandaunya. Perkelahian pun tidak dapat dihindari. Nyai Balau terpaksa membela diri, menghindar serangan dari Antang.

Antang tidak mengira bahwa yang ia hadapi bukanlah perempuan sembarangan. Dengan mudah Nyai Balau menangkis serangan Antang yang bertubi-tubi. Sampai akhirnya dia kelelahan, dan seketika Nyai Balau mengebaskan selendang saktinya ke arah Antang, dan Antang pun jatuh tersungkur lemah lunglai.

Nyai Balau perempuan yang berhati mulia dan murah hati, dia tidak membunuh Antang. Ia mengajak Antang dan keluarganya untuk berdamai secara adat Dayak Ngaju, yaitu dengan mengakui kesalahan dan membayar denda sesuai hukum adat Dayak Ngaju saat itu.

Antang adalah seorang yang keras kepala, dan tidak mau mengakui kekalahannya. Ia tetap bersikeras melawan Nyai Balau. Dengan menghimpun segenap kekuatan dan kesaktiannya Antang, kembali bangkit dan menyerang Nyai Balau. Kembali perkelahian tidak dapat dihindari. Sekarang bukan hanya Antang dan Nyai Balau yang adu kesaktian, demikian juga yang lain Temanggung Kanyapi dan warganya juga masuk dalam medan pertempuran yang sengit. Banyak jatuh korban dan pertumpahan darah. Dan akhirnya Nyai Balau mengibaskan selendang sakitnya, Antang pun terpental dan mati di tangan Nyai Balau.

Pertempuran itu berhenti dengan kekalahan di pihak Antang dan karena Antang yang dianggap sakti pun mati ditangan Nyai Balau, maka pihak Antang menyerah. Nyai Balau, Temanggung Kanyapi dan warganya pulang meninggalkan Juking Sopang, yang penuh dengan darah korban, termasuk Antang. Karena itu Juking Sopang sampai sekarang orang menyebutnya
 “Rangan Daha” (batu/koral yang berdarah).

Setelah pertempuran itu, nama Nyai Balau semakin tersohor di segala penjuru daerah. Dia ditakuti dan dihormati orang, lebih-lebih warga Lewu Tewah. Akhirnya warga Tewah mengangkat Nyai Balau menjadi pemimpin mereka dan diberi gelar “Pangkalima” (pahlawan yang sakti mandraguna). Dibawah kepemimpinan Nyai Balau lewu Tewah aman Sentosa, tidak ada orang yang berani mengganggu.

Namun di lain pihak, yaitu di lewu Juking Sopang keluarga Antang masih menyimpan dendam, karena kematian Antang. Diam-diam mereka menyusun strategi dan mengumpulkan orang-orang yang gagah perkasa dan sakti, untuk membalas dendam, menyerang balik lewu Tewah dan Nyai Balau beserta suaminya Temanggung Kanyapi………..

Kemudian beberapa waktu setelah peristiwa itu, keluarga (alm) Antang, melai berkemas berangkat untuk menyerang lewu Tewah, dengan maksud membalas dendam atas kematian keluarga mereka Antang. Mereka tidak melewati transportasi air, akan tetapi melewat jalan lain secara diam-diam , yaitu melewati hutan belantara, turun lembah, naik bukit, jalan yang berliku-liku, agar penyerangan mereka tidak diketahui musuh.

Ketika hari sudah sore, tibalah pasukan dari Juking Sopang itu di sebuah bukit yang dinamakan “Bukit Ngalangkang”, bukit ini tepat di belakang lewu Tewah, dan tempat strategis untuk persiapan menyerang musuh. Dan mereka sengaja menunggu malam tiba, karena saat malam dan gelap, tentunya musuh yang akan di serang sedang tidur dan tidak siap.

Malam pun sudah tiba, maka mulailah pasukan Juking Sopang turun dari atas “Bukit Ngalangkang”, rencananya untuk memasuki lewu Tewah dan memulai penyerangang. Namun ketika sudah mendekat lewu Tewah, mereka kembali berputar-putar arah jalan dan akhirnya kembali lagi ke Bukit Ngalangkang. Beberapa kali mereka mencoba untuk memasuki lewu Tewah, dan tetap gagal, karena mereka tidak menemukan jalan yang benar dan tidak dapat melihat lewu Tewah. Mereka hanya berputar-putar di Bukit Ngalangkang. Keadaan itu membuat mereka kebingungan

“Lhoo….!! seru seseorang, “mengapa kita hanya berputar-putar di Bukit Ngalangkang ini saja?” mengapa kita tidak dapat menemukan jalan dan melihat lewu Tewah?”  Kalau seperti ini, bagaimana mungkin kita bisa masuk lewu Tewah, apalagi untuk membalas dendam, melihatnya saja kita tidak mampu.?” Kata seseorang lagi.

“Oh…. ini pasti karena kesaktian Nyai Balau, dia sudah membentengi atau memagari dengan “salatutup” (aji penutup kota) lewu Tewah dengan kesaktiannya, sehingga kita tidak dapat melihatnya.!”

“Baik, kalau demikian, mari kita menghimpun segenap kekuatan dan kesaktian kita untuk membuka “salatutup Nyai Balau te.!”

Dan dengan segenap kemampuan mereka dari Juking Sopang itu, berusaha membuka “salatutup”, tetap saja mereka tidak dapat membukanya. Sungguh kesaktian Nyai Balau lebih tinggi dari kesaktian mereka.

Dalam keadaan putus asa, karena gagal memasuki lewu Tewah dan membuka salatutup itu, mereka berkata : “ Kalau seperti ini, tidak mungkin kita berhasil membalas dendam terhadap Nyai Balau, membuka salatutupnya saja kita tidak mampu, apalagi menghadapinya langsung, dan tidak mungkin kita menang” Lebih baik kita pulang saja ke Juking Sopang (Rangan Daha).

Pasukan dari Juking Sopang akhirnya pulang kembali ke Juking Sopang, dengan perasan kecewa dan kesedihan hati karena gagal membalas dendam. Memang Nyai Balau benar-benar “Sakti Mandraguna”, dan ia memang mengetahui kedatangan pasukan dari Juking Sopang, karena itu ia memasang “salatutup lewu” (pagar kota), karena ia ingin menghindari pertumpahan darah yang lebih besar lagi.

Baru sesudah itu, Nyai balau menceritakan kepada kepada semua warga lewu Tewah perihal  kedatangan dan rencana jahat pasukan Juking Sopang, karena itu ia memasang ‘salatutup lewu”.

Sesudah peristiwa itu, lewu Tewah, aman tenteram, tidak ada seorang pun yang berani mengganggu dn membuat onar. Semua orang menghormati dan mengagumi akan Kesaktian dan Kearifan Nyai Balau dan memajukan lewu Tewah dan menjaganya.

Hingga akhir hayatnya, Nyai Balau selalu dikenang, dan namanya terukir indah di hati warga Tewah bahkan seluruh masyarakat Dayak yang mengenalnya. Bahkan sampai sekarang nama Nyai Balau selalu disebut-sebut “Secantik orangnya, dan seindah rambutnya yang panjang. Demikian Nyai Balau menjadi simbol Kecantikkan Putri Dayak, berambut panjang yang Sakti Mandraguna.

Nama besar Nyai Balau yang tersohor kesegala penjuru negeri, turun-temurun bahkan sampai masa penjajahan Belanda ke Indonesia, membuat serdadu Belanda tidak berani mendekati Lewu Tewah.

hikayat melayu

Hikayat Yong Dolah

YONG DIKEJAR HARIMAU
“Padà suatu hari saàt yong istrahat sehàbis berburu dihutan, tibà-tiba ada seekor hàrimau jantan mendekati yong dàn siap untuk menerkàm. Cepat-cepat yong berlàri, dalam kejar-kejaràn itu, jarak antarà yong dan harimau hanya tinggàl satu meter sajà. Disaat harimau lengàh, cepat-cepat yong memanjàt pohon pinàng.” Yong diam sejenak
“Setelah lamà yong tunggu diatàs pohon pinang yang kebetulàn berbuah lebàt itu, harimau tàk kunjung pergi. Naik daràh yong, yong gego (goncàng) pohon pinàng itu sampài berguguran buahnyà menimpa harimàu,, eee harimàu bergeming, tàk kunjung pegi”
“Yong lihàt harimau tak màu pergi, yong guncàng lagi pohon pinàng itu sekuat-kuatnyà, kali ini yong heràn, kenapà harimau berlàri terbibit-birit, setelàh yong periksà, rupanyà buah pinàng yong copot sebiji dàn mengenài kepala harimau. Oleh karenà itulah harimàu lari tunggang langgang”
Maknanyà : kalau pergi berburu haruslàh membawa senjata yàng lengkap, ketika berjumpà binatang buas bisà untuk membelà diri. Tidak perlu memànjat pohon.
Yong dolàh adalah seorang Legendà dari kotà Bengkalis yang sangàt populer di provinsi Riàu dengan cerita dongengnya yàng penuh maknà. Kini beliàu telah wafàt. Namun telatàh almarhum tidak pernàh lekang dimakàn masa, tetàp selalu dikenàng oleh masyarakat Kabupàten Bengkalis.


Melanjut artikel yang pertama tentang 7 teori dasar bumi datar. Kali ini R2B mau mencoba merangkum 7 Fakta Logis Bentuk Bumi Datar Bukan Bulat?. Monggo dilanjut.
1. Horizon Bumi Datar Tidak Melengkung.
Bila memang bumi itu bulat, seharusnya bakal kelihatan melengkung saat dilihat dari atas. Faktanya, orang-orang yang berkeyakinan bumi itu datar (disebut flatter ) sudah terbang setinggi mungkin untuk melihat bumi itu melengkung atau tidak? bulat atau datar.
Kaum Flatter ingin membuktikan semua klaim foto NASA bahwa bumi itu terlihat melengkung saat dilihat dari atas pada ketinggian tertentu.
Berikut horizon bumi saat dilihat dari ketinggian tertentu. Bahkan klaim flatter, mereka sudah terbang setinggi NASA dan bumi masih saja datar.
bumi datar dari luar angkasa
2. Satelit adalah Ilusi, Internet Terhubung Melalui Kabel Bukan Satelit.
Menurut Flatter satelit itu hanya kebohongan NASA untuk ngeruk uang. Faktanya, siaran TV, internet, telpon dll terhubung menggunakan jaringan kabel bawah laut dan 7 menara utama di dunia.
Berikut ini peta jalur kabel data internet di bawah laut.
submarine cable map
Dan untuk diketahui, saat ini dunia mengakui bahwa kecepatan internet lebih optimal melalui jaringan kabel fiber optik daripada sinyal satelit. Bahkan internet melalui satelit masih sebatas wacana gagasan saja.
Lha terus bagaimana dengan cara kerja GoogleMaps atau game populer Pokemon Go? bukankah pakek GPS? enggak mas bro. Semua itu kerjanya berdasarkan BTS atau tower seluler terdekat dari anda.
Lalu bagaimana dengan Satelit BRI yang baru saja diluncurkan?. Nagh disitulah bisnisnya, tetap saja data BRI terhubung melalui BTS terdekat lalu tersambung ke melalui kabel-kabel bawah laut. Terus bohong dong satelit BRI itu? disitulah inti bisnisnya. Amerika mengeruk jutaan dollar dari ilusi satelit.
Masih gak percaya, kata flatter kita disuruh membandingkan bentuk pesawat dan satelit. Satelit BRI bisa ngebut sampai 23 kecepatan suara, tapi kok bentuknya sangat tidak aero dinamis?  tidak seperti jet tempur HTV-3 pesawat tercepat saat ini.
Tapi kan di angkasa luar tidak ada angin, hampa udara, jadi satelit bisa ngebut. Oke jika benar hampa udara, maka satelit memerlukan gaya dorong untuk bisa ngebut mengitari bumi. Naghhh kira-kira kenalpotnya satelit satu apa dua ya? tenaganya dorongnya berapa kuda ya?
satelit BRI
Yang bikin bingung, spek mesinya satelit berapa DK ya? Kok gak berasap ya?
3. Coba Deh Cek Jalur Penerbangan Ini.
bumi datar rute penerbangan
Ceritanya pada Oktober 2015 lalu, pada penerbangan Chine Airlines rute Bali – Los Angeles, Amerika Serikat. Ada  seorang wanita melahirkan pada ketinggian 30.000 kaki atau 9,2 KM. Pesawat terpaksa mendarat darurat di Alaska. Sangat mengherankan, bukan? Dari Bali ke LA, lewat Alaska? . Klo diliat dengan peta bumi datar, hal tersebut sangat masuk akal, sebagai berikut ini:
rute penerbangan bumi datar

4. Catatan Perjalanan Captain CookCook
Capt. James Cook menjelajahi Antartika selama 3 tahun 8 hari. Ia hanya menemukan tembok es, tak ada jalan masuk. Selama 3 tahun 8 hari itu, tercatat Ia menjelajahi kurang lebih sejauh 60.000 KM tembok es Antartika.
Menurut peta globe, Antartika yang disebut benua ini memiliki keliling 19.300 KM. Padahal Capt. Cook menjelajahi panjang es Antartika sepanjang 60.000 KM (sekali putar). Loh?
Berikut ini rute perjalanan Captain Cook jika digambar dengan peta bumi bulat
rute perjalanan captain cook bumi bulat
Tapi menurut Flatter, justru captain cook sedang mengelilingi dinding bumi
rute perjalanan captain cook bumi datar


5. Bumi Memiliki Kubah Langit Yang Tak Bisa Ditembus
Dalam keyakinan flatter, Bumi memiliki kubah langit yang tidak bisa ditembus oleh benda apapun. Termasuk roket? ya. Dokumen NATO dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa mereka pernah bereksperimen mencoba menghancurkan kubah langit ini dengan bom atom.
Berikut list data pengeboman kubah langit oleh USA dan Uni Sovyet dalam upaya mereka memburu prestis ke luar angkasa pertama kali:
USA – Hardtack I – Johnston Atoll, Pacific Ocean
  • Yucca 28 April 1958, 1.7 kt, 26.2 km
  • Teak, 1 August 1958, 3.8 Mt, 76.8 km
  • Orange, 12 August 1958, 3.8 Mt, 43 km
USA – Argus – South Atlantic Ocean
  • Argus I, 27 August 1958, 1.7 kt, 200 km
  • Argus II, 30 August 1958, 1.7 kt, 240 km
  • Argus III, 6 September 1958, 1.7 kt, 540 km (The highest known man made nuclear explosion)
USSR – 1961 tests – Kapustin Yar
  • Test #88, 6 September 1961, 10.5 kt, 22.7 km
  • Test #115, 6 October 1961, 40 kt, 41.3 km
  • Test #127, 27 October 1961, 1.2 kt, 150 km
  • Test #128, 27 October 1961, 1.2. kt, 300 km
USA – Dominic I – (Operation Fishbowl) – Johnston Atoll, Pacific Ocean
  • Bluegill, 3 June 1962, failed
  • Bluegill Prime, 25 July 1962, failed
  • Bluegill Double Prime, 15 October 1962, failed
  • Bluegill Triple Prime, 26 October 1962, 410 kt, 50 km
  • Starfish, 20 June 1962, failed
  • Starfish Prime, 9 July 1962, 1.4 Mt, 400 km (The largest man made nuclear explosion in outer space)
  • Checkmate, 20 October 1962, 7 kt, 147 km
  • Kingfish, 1 November 1962, 410 kt, 97 km
USSR – Soviet Project K nuclear tests – Kapustin Yar
Test #184, 22 October 1962, 300 kt, 290 km